Monday, September 24, 2012

I know you for so long, but why u choose her?

I Know this man for long time.
Not as long as 636, but quite long to be called best friend.
He knows my story of life. He knows 636 also.They've met before at the court.
He is few of my friends who I let involved in my life deeper.
He listens to all of my story patiently.
Everytime i'm happy, or sad, angry or even sobbing because of 636.
He was my perfect escape from 636.
He teaches me many things. Even until today.
He completes me, i guess. We have opposite personality characteristic. As if i'm black and he is white.
He is my second best man.

No, we have no romantic story.
But deep down under my subconscious, i want him to be my partner of life.
And now time is ticking.
Last nite he told me that he's getting married.
With a woman that I have no clue who she is.
Right in the time when i decided to open my heart to him.
Ignoring all the doubts that I have.

*sigh*
It happens again.

It doesn't feel like when i let 636 go, but quite the same.
This is my second dreadful of heartbroken.

I know you for so long, but why u choose her?

Lupa Menjadi Manusia.


‘Silakan neng istirahat dulu disini,nggak usah bayar kok.’

Entah kenapa mendengar ajakan si ibu yang jaga vila ini bikin saya terhenti sejenak dari kesibukan mencatat hasil pertanyaan-pertanyaan yang saya ajukan sebelumnya. Memang waktu itu kami cukup capek dari perjalanan yang lumayan bikin badan rontok plus malam sebelumnya kami Cuma tidur di dalam mobil dan di saung karena kami sampai terlalu cepat, jam 3 pagi. Ditambah lagi kami harus kembali pulang ke Jakarta hari itu juga.


Beberapa kali berinteraksi dengan orang-orang yang tinggal di daerah yang jauh dari hedonisnya kota terkadang membuat saya sering harus terdiam dan ‘tertampar’ dengan sikap yang mereka tunjukkan. Sikap yang berbeda dengan yang ditunjukkan oleh orang-orang di kota besar dimana saya tinggal. Orang-orang yang terkadang terlalu mengkotak-kotakkan dan membuat strata sendiri untuk merendahkan atau meninggikan derajat seseorang. Bahwa orang yang tinggal di kota besar lebih tinggi derajatnya dari orang yang tinggal di kota kecil, bahwa tinggal di ibukota adalah segalanya dan keren. Bahwa Jakarta dan Jawa itu berbeda, padahal ya Jakarta itu ada di pulau Jawa juga bukan?


Beberapa kali saya mendapatkan hospitality yang luar biasa dari orang-orang ini disaat pikiran saya justru membuat banyak perhitungan ini itu. Berapa yang harus saya bayar?Apakah mereka tidak rugi?Apakah saya boleh numpang ini itu segala macem?Apakah kalau saya melakukan lebih berarti harus bayar lebih?Apakah aman kalau saya tinggal barang saya?Ada maksud tersembunyi nggak ya mereka?begitu seterusnya sampai ruwet sendiri itu kepala. Seperti temen saya yang bahkan takut untuk pipis di kamar mandi di dalam kamar vila yang dipinjamkan ke kami untuk Solat Subuh. Sangat tipikal sekali. Sedangkan orang-orang ini malah santai saja dan tidak pernah merasa rugi dengan apa yang mereka berikan. Mereka hidup dengan kesimpelannya dan kita dengan keribetannya.


I’m ashamed with myself actually. Hidup di kota besar dan memperhitungkan segala sesuatu dengan untung dan rugi. Hidup dengan penuh kecurigaan bahwa banyak serigala di sekitar. Sibuk dengan diri sendiri dan ‘berjalan’ dengan tempo yang terlalu cepat sampai lupa menikmati kehidupan dengan santai kaya di pantai. Bangga menjadi bagian dari masyarakat dunia dengan segala gadget canggih, update teknologi, update segala macam hal. Tapi lupa untuk menjadi manusia.


Beruntunglah mereka yang tidak terkontaminasi kehidupan yang super ribet ini. Yang terlalu memuja trend dan berlomba-lomba menjadi yang paling update, walau terkadang sebenernya gag ngerti dengan apa yang dikejar dan dibanggakan. Saya harap kontaminasi ini tidak akan meluas dan merusak kearifan lokal mereka. I envy them.


Hufff…jadi kangen kabur dari Jakarta lagi.

No Escape From Reality




The Hidden Paradise

Santorini?Monaco?It's Indonesia!

I find another beauty gem of Indonesia.
A place where i could hide from the city life.
A place where the time walk very slowly.
I was there in the weekday, the perfect time to enjoy it for my own.
Lay down in the white sandy beach, enjoying some surfers chasing up the wave.
Eating Indomie or maybe drink the coconut water.
Or I can sit in the wood benches under the tree and taking some pics of the ocean and the surfers.Enjoying the sunrise and sunset. And accompanied by Timmy, the guardian dog.
Or maybe going to the hidden gulf,imagine as if i'm in one of 'the famous five' adventures. My favourite childhood story books.

I don't know if the weekend will feel so peace and quiet like that day.
Actually i hate if many people come to a beautiful place and turn it into noisy playground.
And left too many garbage there.
And 'steal' the indigenous life of the people.
So lucky me that i was there in the right time.

The road to reach this place is bumpy,holey, dark and winding.
I didn't find any Indomart in 2 hours!
I met some pigs and chivets or luak acrossing the road in the night.
thrilling!
I hope it will keep people from coming to this place.
But the road is under construction now.
So i don't know what will happen in the next few years for this place.
Maybe the public transportation will easily find here.
So the kids won't walk too far to their schools.
Or maybe the city life will invade and change this place.

For those reasons, i'm not going to tell you where I was.
You may know it, or u don't.
just guess and keep on silence.

I hope this little piece of heaven will stay the same like this.
Selfish?Yes I am.






The hidden gulf as in my imagination of 'The Famous Five' Adventure






Timmy's and Ours